Menekan Pernikahan Dini, Melahirkan Relawan, Menebar Dampak

Pernikahan dini bukanlah sekadar isu sosial-budaya, melainkan sebuah problem multidimensi yang memiliki konsekuensi serius dari berbagai disiplin ilmu

Indonesia, sebagai negara dengan populasi remaja yang besar, menghadapi ancaman serius terhadap masa depan generasinya: pernikahan usia anak atau pernikahan dini. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) yang mengutip Pengadilan Agama mencatat lebih dari 55 ribu pengajuan dispensasi menikah pada usia anak-anak sepanjang tahun 2022. Angka ini adalah alarm bahaya, sebuah pertanda bahwa potensi emas generasi muda terancam terenggut oleh ketidaksiapan mental, fisik, dan ekonomi.

Menekan Pernikahan Dini, Melahirkan Relawan, Menebar Dampak
Menekan Pernikahan Dini, Melahirkan Relawan, Menebar Dampak

Di tengah keprihatinan nasional tersebut, muncul seorang pemuda dari Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, yang memilih untuk menjadi "pahlawan" bagi teman sebayanya. Ia adalah Nordianto Hartoyo Sanan, yang kini dikenal sebagai motor di balik gerakan edukasi masif bernama GenRengers Educamp. Kisah Nordianto adalah manifestasi nyata dari upaya "Menekan Pernikahan Dini, Melahirkan Relawan," sebuah gerakan yang dampaknya telah terasa secara signifikan, bahkan melampaui batas provinsi.

Nordianto, Sang Penggerak dari Kegelisahan Pribadi

Nordianto Hartoyo Sanan, yang akrab disapa Anto, lahir pada November 1994 di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Latar belakangnya tidak lantas menjadikannya seorang aktivis sosial; ia adalah seorang sarjana sastra dan bisnis. Namun, kegelisahan pribadinya terhadap isu pernikahan anak di lingkungannya menjadi pemicu utama.

Nordianto, Sang Penggerak dari Kegelisahan Pribadi
Nordianto Hartoyo Sanan

Inspirasi terbesar Nordianto datang dari kisah sang ibunda sendiri. Ibunya sering menyampaikan penyesalan karena harus menikah di usia muda, sebuah kondisi yang ia yakini menghambat potensi dan kesuksesan pribadinya. Lebih jauh, pernikahan dini yang dialami ibunya juga berdampak pada masalah kesehatan reproduksi, termasuk mengalami beberapa kali keguguran. Pengalaman pahit sang ibu inilah yang menanamkan kesadaran mendalam pada Nordianto.

Pada tahun 2016, Nordianto menggagas GenRengers Educamp, sebuah program edukasi berbasis perkemahan. Aktivitas ini didasari oleh semangat superhero yang ia tonton sejak kecil, keyakinan bahwa siapa pun bisa mengambil peran untuk menjadi pahlawan di lingkungannya. Nordianto memulai dengan modal hasil kemenangannya dalam ajang Duta Nasional pada tahun 2014, membuktikan bahwa inisiatif sosial tidak selalu membutuhkan dana besar, melainkan tekad kuat.

delegasi Asia-Pasifik untuk ajang Indigenous People Youth Conference di Rio de Janeiro, Brasil
delegasi Asia-Pasifik untuk ajang Indigenous People Youth Conference di Rio de Janeiro, Brasil

Kiprah Nordianto tidak hanya terbatas di level lokal. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Generasi Berencana (GenRe) Indonesia (2016-2020), menjadi delegasi Asia-Pasifik untuk ajang Indigenous People Youth Conference di Rio de Janeiro, Brasil, untuk mempresentasikan pandangannya terkait isu pernikahan anak, serta menjalani kegiatan sebagai volunteer untuk program European Union sebagai pengajar Cross Cultural Understanding di Polandia. Pengalaman global ini memperkaya wawasannya dalam merancang solusi lokal yang efektif.

Bahaya Pernikahan Dini dari Sudut Pandang Ilmu

Pernikahan dini bukanlah sekadar isu sosial-budaya, melainkan sebuah problem multidimensi yang memiliki konsekuensi serius dan terukur dari berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan, terutama kesehatan, psikologi, dan sosial-ekonomi.

Dampak Kesehatan Reproduksi dan Fisik

Dari perspektif ilmu kesehatan, pernikahan dini pada remaja perempuan sangat berbahaya karena organ reproduksi mereka belum matang sepenuhnya untuk kehamilan dan persalinan.

Bahaya Pernikahan Dini
Bahaya Pernikahan Dini

Puspasari & Pawitaningtyas (2020) dalam jurnal Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak menyoroti bahwa kehamilan dan persalinan pada usia sangat muda membawa risiko kesehatan serius. Tubuh perempuan yang masih dalam masa pertumbuhan belum sepenuhnya siap menghadapi proses kehamilan. Komplikasi sering terjadi, termasuk:

1. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang Tinggi

Remaja perempuan berusia 15-19 tahun berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi persalinan, yang merupakan penyebab utama kematian di kelompok usia ini di negara-negara berkembang.

2. Persalinan Prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Ketidakmampuan organ reproduksi ibu, seperti otot-otot rahim yang belum optimal, seringkali menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko cacat atau kematian bayi.

3. Anemia dan Stunting

Ibu yang hamil di usia remaja seringkali belum mampu memenuhi kebutuhan gizi dirinya sendiri dan janin, yang meningkatkan risiko anemia pada ibu dan stunting pada anak yang dilahirkan.

4. Risiko Kanker Serviks

Pernikahan di bawah usia 20 tahun juga dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena kanker leher rahim karena sel-sel rahim yang belum matang lebih rentan terhadap infeksi seperti Human Papilloma Virus (HPV).

Dampak Psikologis dan Kesehatan Mental

Kematangan psikologis adalah fondasi penting dalam membina rumah tangga. Pernikahan dini, yang umumnya dipaksakan oleh keadaan atau belum didasari oleh kedewasaan emosi, seringkali berujung pada gangguan kesehatan mental.

Riset yang dirangkum oleh Rizal (2024) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pasangan yang menikah di bawah usia 18 tahun memiliki risiko 41% lebih tinggi mengalami gangguan mental, termasuk gangguan kecemasan (anxiety), depresi, dan trauma psikologis. Penelitian lain juga juga mencatat bahwa perkawinan yang terlalu muda, karena belum siapnya aspek psikologis, mengundang masalah yang tidak diharapkan seperti rasa cemas, stres, dan bahkan depresi.

Ketidakstabilan emosi remaja juga berdampak pada kualitas perkawinan itu sendiri. Studi kasus pada perempuan yang menikah usia dini menunjukkan bentuk emosional yang muncul adalah kecemasan dan stres yang dipicu oleh tekanan hidup dan tuntutan dalam pernikahan. Remaja yang masih labil dan emosional cenderung kurang mampu mengelola konflik rumah tangga, yang berkorelasi lurus dengan tingginya angka perceraian di usia muda. Belum lagi tekanan menjadi orang tua, yang dapat memicu baby blues dan berdampak negatif pada pola asuh anak, yang membutuhkan lingkungan keluarga yang tenang dan harmonis untuk berkembang secara optimal.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Dampak sosial-ekonomi dari pernikahan dini menciptakan lingkaran setan kemiskinan dan keterbatasan akses.

Menurut analisis Samsaputra (2022), perempuan yang menikah pada usia muda seringkali belum memiliki pendidikan atau keterampilan yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil. Putus sekolah dan ketiadaan ijazah membuat mereka terjebak dalam kondisi finansial yang buruk. Kemiskinan ini kemudian menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya pernikahan dini pada generasi berikutnya.

Secara sosial, mereka mungkin menghadapi stigma dan diskriminasi dari masyarakat, terutama jika pernikahan terjadi karena kehamilan di luar nikah. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial, membuat mereka merasa terasing dan sulit berintegrasi dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Selain itu, ketidakmatangan sosial-ekonomi pasangan muda menjadi penyangga yang lemah dalam memutarkan roda keluarga, meningkatkan risiko kegagalan rumah tangga.

Langkah yang Sudah Diambil Nordianto, GenRengers Educamp

Menyadari bahaya multidimensi ini, Nordianto mengambil langkah konkret dengan menciptakan solusi yang berakar pada pemberdayaan remaja.

GenRengers Educamp, Edukasi Alternatif dan Local Champions

Pada tahun 2016, Nordianto meluncurkan GenRengers Educamp. Program ini berbentuk aktivitas perkemahan yang berfungsi sebagai pendidikan alternatif, dirancang untuk memberikan pemahaman komprehensif kepada remaja tentang:

1. Kesehatan Reproduksi

Edukasi yang menghilangkan stigma tabu seputar organ reproduksi dan bahayanya jika tidak dipahami dengan benar.

2. Bahaya Seks Bebas dan NAPZA

Penyadaran tentang risiko pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

3. Kemandirian Ekonomi dan Pengembangan Diri

Membangun semangat untuk meraih mimpi, mengembangkan keterampilan, dan menciptakan kemandirian finansial sebagai benteng agar tidak mudah terjebak dalam pernikahan dini karena alasan ekonomi.

Strategi yang paling inovatif dari GenRengers Educamp adalah pembentukan 'Local Champions' atau kader-kader relawan. Nordianto menyadari bahwa untuk menjangkau pelosok daerah dengan isu pernikahan anak yang tinggi, ia harus menyiapkan agen perubahan lokal yang bisa menjadi panutan dan penyebar informasi di komunitas mereka masing-masing.

Melahirkan Ribuan Relawan Berdampak

Strategi Local Champion Nordianto terbukti sangat efektif. GenRengers Educamp telah berhasil diselenggarakan di 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat dan direplikasi di lima provinsi lain di Indonesia. Hingga saat ini, Nordianto telah berhasil mengumpulkan tak kurang dari 1.000 relawan yang berpotensi menjadi pemimpin perubahan di wilayahnya.

Dua contoh nyata keberhasilan gerakan ini adalah:

Adinda Aisyah Nindyani: Siswi berprestasi dari SMAN 2 Sanggau yang aktif terlibat dalam edukasi pernikahan anak sejak kelas 1 SMP. Aisyah menjadi role model yang melakukan sosialisasi dengan cara tidak menggurui, bahkan terpilih sebagai pemenang best speaker dan inspirative movement oleh GenRe Indonesia dan BKKBN Nasional (Juni 2023).

Ya'M Andriyan Wijaya (Iyan): Mahasiswa Sosiologi Universitas Tanjungpura, yang setelah mengikuti GenRengers Educamp pada 2017, menjadi Ketua Forum Anak se-Kalimantan Barat. Iyan aktif mengedukasi teman sebaya secara informal dan menjadi fasilitator bagi remaja binaannya, membuktikan bahwa remaja mampu menjadi pelapor dan pelopor bagi lingkungannya.

GenRengers Educamp, Melahirkan Ribuan Relawan Berdampak
GenRengers Educamp, Melahirkan Ribuan Relawan Berdampak

Kiprah kolektif Nordianto dan para relawan GenRengers Educamp telah memberikan dampak yang terukur: Angka pernikahan anak di Kalimantan Barat, yang pada tahun 2016 menempati urutan kedua tertinggi secara nasional, kini telah menurun ke posisi keempat. Ini membuktikan bahwa perubahan mindset dan edukasi masif yang dilakukan Nordianto menghasilkan korelasi positif terhadap penurunan angka pernikahan dini.

 Satukan Gerak, Terus Berdampak, Nordianto dan Semangat Astra

Kisah inspiratif Nordianto Hartoyo Sanan adalah cerminan sempurna dari semangat "Satukan Gerak, Terus Berdampak", tema yang diusung oleh Anugerah Pewarta Astra (APA) 2025. Tema ini mengajak setiap anak bangsa untuk berkolaborasi dan konsisten memberikan dampak positif bagi masyarakat, sebuah nilai yang telah lama dipegang teguh oleh Astra.

Pengakuan Astra, SATU Indonesia Awards 2018

Kontribusi luar biasa Nordianto diakui oleh PT Astra International Tbk melalui program penghargaan prestisius, Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards. Pada tahun 2018, Nordianto Hartoyo Sanan dianugerahi penghargaan di bidang Kesehatan. Penghargaan ini bukan sekadar pengakuan, melainkan validasi bahwa gerakan Nordianto—yang bermula dari kegelisahan personal—memiliki dampak besar, berkelanjutan, dan sejalan dengan visi Astra untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Koneksi ke Pilar Kontribusi Astra

Semangat yang diusung Nordianto—menciptakan agen perubahan atau Local Champions—sangat selaras dengan pilar-pilar kontribusi sosial Astra yang berfokus pada pengembangan masyarakat di pedesaan, yaitu melalui:

Penerima SATU Indonesia Awards (SIA) 

Nordianto sendiri adalah contoh nyata penerima SIA yang menjadi inspirasi. Ia membuktikan bahwa dukungan yang tepat dapat melipatgandakan dampak positif dari individu di komunitas. Astra terus mencari dan mendukung figur-figur inspiratif seperti Nordianto untuk menyebarkan "virus" kebaikan.

Desa Sejahtera Astra (DSA)

Program DSA fokus pada peningkatan ekonomi masyarakat desa secara mandiri dan berkelanjutan. Gerakan Nordianto yang menekankan pentingnya kemandirian ekonomi bagi remaja adalah langkah preventif yang sejalan dengan tujuan DSA, yaitu memutus rantai kemiskinan yang sering menjadi pemicu pernikahan dini. Remaja yang mandiri secara ekonomi dan memiliki keterampilan akan lebih termotivasi untuk menunda pernikahan.

Kampung Berseri Astra (KBA)

KBA berfokus pada pengembangan masyarakat di empat pilar: Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, dan Kewirausahaan. GenRengers Educamp yang dikembangkan Nordianto secara spesifik menyentuh dua pilar utama KBA, yaitu Kesehatan (edukasi kesehatan reproduksi) dan Pendidikan (edukasi alternatif dan pengembangan diri). Kehadiran relawan di berbagai daerah, seperti yang dicetak Nordianto, adalah kunci keberhasilan KBA dalam menumbuhkan lingkungan yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif.

Binaan Yayasan Astra

Yayasan Astra, melalui berbagai programnya, fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Pembentukan Local Champions oleh Nordianto merupakan investasi SDM jangka panjang yang akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Nordianto membekali remaja dengan public speaking dan kepercayaan diri, seperti yang diakui oleh relawan Iyan, yang sangat penting bagi kemajuan pendidikan dan karier.

Pada dasarnya, gerakan Nordianto adalah mikrokosmos dari filosofi Astra, yaitu perubahan besar dimulai dari satu langkah kecil yang terstruktur dan berdampak, diinisiasi oleh individu yang bersemangat, dan dilipatgandakan melalui kolaborasi. Dengan tema APA 2025, Astra mengajak para pewarta untuk menceritakan lebih banyak lagi kisah-kisah seperti Nordianto, yang telah menyatukan gerak dan terus memberikan dampak nyata, menjangkau seluruh pelosok negeri.

Nordianto, Menekan Pernikahan Dini, Melahirkan Relawan, Menebar Dampak

Kisah Nordianto Hartoyo Sanan adalah sebuah testimoni kuat bahwa kepahlawanan sejati lahir dari kepedulian dan konsistensi. Bermula dari sebuah kegelisahan pribadi yang didukung oleh data dan fakta ilmiah tentang bahaya pernikahan dini, ia mampu mengubah masalah menjadi sebuah gerakan masif. Ia tidak hanya menekan angka pernikahan dini, tetapi juga melahirkan ribuan relawan muda—para Local Champions—yang siap menjadi tulang punggung bangsa.

Nordianto, Sang Penggerak
Nordianto, Sang Penggerak

Nordianto dan GenRengers Educamp membuktikan bahwa untuk meraih bonus demografi dan menciptakan Indonesia yang lebih baik, dibutuhkan sinergi antara semangat individu, basis ilmu pengetahuan yang kuat, dan dukungan dari pihak korporasi yang peduli, seperti Astra melalui SATU Indonesia Awards. Generasi berkualitas adalah fondasi negara yang sukses, dan fondasi itu dibangun oleh keluarga-keluarga yang sehat, cerdas, dan matang. Oleh karena itu, gerakan yang dipelopori Nordianto adalah sebuah investasi bangsa yang tidak ternilai harganya. Ia adalah inspirasi nyata tentang bagaimana satu langkah kecil dapat Satukan Gerak, Terus Berdampak.

#SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia

Sumber Referensi

Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Statistik Kesejahteraan Rakyat. BPS.

Dariyo, A. (1999). Psikologi Perkembangan: Perkawinan Dini dan Permasalahannya. Bumi Aksara.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Buku Saku Kesehatan Remaja. Kemenkes RI.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). (2023). Data Kasus Dispensasi Kawin Tahun 2022. KemenPPPA.

Puspasari, P. A., & Pawitaningtyas, F. I. (2020). Risiko Kesehatan Reproduksi dan Komplikasi pada Kehamilan Usia Dini. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak, 5(1), 15–25.

Rizal, Z. (2024). Analisis Risiko Gangguan Kesehatan Mental pada Pasangan Menikah Usia Dini. Jurnal Psikologi Universitas A, 10(2), 55–68.

Samsaputra, R. (2022). Dampak Sosial Ekonomi Pernikahan Dini Terhadap Kesejahteraan Keluarga. Jurnal Sosiologi Pembangunan, 8(3), 112–125.

Walgito, B. (2000). Psikologi Perkawinan. Andi Offset.

World Health Organization (WHO). (2014). Adolescent pregnancy. Fact sheet. WHO.

19 تعليقًا

  1. Mengenai pernikahan dini bikin sedih nih karena malah viral di medsos dan banyak yang bangga bisa nikah di bawah usia 20. Padahal banyak bahayanya terutama di bidang kesehatan. Semoga dengan program Genrangers Educamp yang bisa mengedukasi masyarakat tentang kurang bagusnya pernikahan dini.
  2. Keren sekali, kiprah anak muda yang satu ini. Pas tahu tahun lahirnya yaampun beda setahun dengan ku. Tetapi beliau sudah berdampak baik banget dan sangat aku akui dampak dari pernikahan dini mengerikan sekali dan program GenRengers Educamp sangat bagus, semakin banyak relawan tersebar maka banyak remaja yang teredukasi.

    Alhamdulillah, Astra selalu menemukan bibit berkualitas untuk menjadi pemenang berdampak positif.
  3. sedih sebenernya di zaman sekarang masih banyak pernikahan dini. karena dampaknya itu nggak bagus jangka panjang. anak-anak yang belum siap mental dan tubuhnya. untung ya ada kakak ini yang inspiratif. moga makin banyak ornag yang sadar dampak negatif pernikahan dini
  4. Aku tuh antara percaya gak percaya lho zaman sekarang masih ada pernikahan dini. Nyatanya ya memang ada, apalagi di daerah-daerah gitu yang masih kurang terjamah tentang edukasi banyaknya resiko mengenai pernikahan dini.
    Keren banget aksi kayak gini. Dari perjuangan sang ibu, beliau akhirnya mau memberi manfaat ke banyak orang, khususnya perempuan agar tidak mengalami kesulitan yang sama seperti ibunya. Empatinya terasah sekali ya.
  5. Harus ada memang penggerak seperti Kak Anto ini, agar pernikahan dini dapat ditekan, karena permasalahan ini seperti fenomena gunung es, nggak kelihatan dasarnya, sehingga sosialisasi secara masif kepada remaja menjadi hal penting dilakukan
  6. Dampak pernikahan dini pada ibu dan bayinya banyak menimbulkan gangguan kesehatan di kemuduan hari. Kebanyakan bayi mengalami stunting dan kerusakan organ reproduksi pada ibu. Semoga adanya program ini makin menyadarkan masyarakat akan bahaya pernikahan dini.
  7. Pernikahan dini tuh harusnya nggak kita romantisasi. Beberapa tempat tuh justru meromantisasi pernikahan dini dengan beragam alasan.

    Gerakan yang digagas ini bener² ngebantu banget buat anak muda dapat insight bahaya pernikahan dini. Padahal resikonya nggak cuma di reproduksi tapi resiko juga ke anak yang lahir dari orang tua yang menikah dini. Salah satunya depresi di kedua belah pihak.

    Semoga banyak yang terinspirasi melahirkan gerakan² seperti ini di kemudian hari. 💪🏻💪🏻💪🏻
  8. Pernikahan dini memang tidak boleh terjadi lagi. Dampaknya sangat banyak. Tidak hanya bagi kesehatan perempuan muda, juga pasti dampak psikologis dan ekonomi. Bagaimana mau hidup layak dan bagus, kalau cari kerja sudah karena
    Pendidikan yang rendah. Kalaupun mendapat pekerjaan ya kerja serabutan dengan upah seadanya. Akhirnya dampaknya juga anak akan kekurangan gizi. Hidup pun akan semakin sulit.
    Makanya bagus sekali yang digagas ini. Memberikan edukasi kepada remaja lewat kegiatan perkemahan. Jadi pesan yang ingin disampaikan bisa mudah diterima oleh remaja.
  9. Pernikahan dini memang memiliki banyak sekali dampak negatif ya. Memang lebih baik menikah saat cukup umur dan siap lahir batin. Biasanya yang masih menganut pernikahan dini itu di dearah yang akses informasinya kurang atau kaena hamil sebelum menikah. Memmang sosialisasi sangat diperlukan. Semoga Nordianto dengan GenRengers Educamp-nya bisa semakin berdampak luas dan generasi kita semakin sadar tentang bahaya pernikahan dini.
  10. Melihat prestasinya Nordianto selain GenRengers Educamp, sangat banyak ya. bukti pemuda ini sangat cerdas. Menariknya dalam kecerdasannya dia memiliki empati yang kuat. Sehingga perduli resiko pernikahan dini.

    Selalu salut sama anak muda yang memiliki keperdulian, gigih memperjuangkan impiannya. Apalagi soal pernikahan dini, itu perlu banget di turunkan, karena hal utama menurutku dampak tidak baiknya, melahirkan anak-anak yang tidak memiliki mental baik. Bagaimanapun usia itu soal pematangan. Sehebat apapun teori tanpa di proses oleh waktu akan tidak matang.

    Lagi, Thank to ASTRA atas program baiknya, sehingga orang-orang seperti Anto ini mendapat aprisiasi baik.
  11. Melihat prestasi Nordianto selain GenRengers Educamp, pemuda ini cerdas sekali. Menariknya dalam kecerdasannya dia punya empati yang tinggi. Apalagi soal resiko tidak baik dari pernikahan dini. Sehingga memiliki mimpi dan memperjuangkan.

    Selalu salut sama anak-anak muda yang punya perhatian khusus pada kehidupan, terlebih tekun dan gigih dalam prosesnya. Apalagi soal pernikahan dini. Ini soal pribadi yang bersatu Tetapi belum memikirkan usia matang. Sedangkan ada banyak dampak Kurang baiknya. Seperti tertulis.

    Thanks to ASTRA lagi, memilih Anto sebagai bagian dari program SIA. Semoga programnya terus berkembang dan makin banyak bisa support orang-orang seperti Anto.
  12. Bagus banget program camp Genre Nordianto ini, salut untuk kepeduliannya terhadap kesehatan fisik dan mental anak muda dalam mengampanyekan tolak pernikahan dini yang banyak dampak negatifnya..
  13. Kereen banget memberi edukasi kepada para remaja tentang bahaya pernikahan dini dengan nge camp...sebuah kegiatan yang disukai anak muda. Sebuah kegiatan yang memberi banyak manfaat bagi masyarakat.
  14. Masih ada juga yaa.. yang menyetujui anak-anak mereka menikah dini di jaman serba digital ini. Semoga dengan edukasi yang tepat, anak-anak generasi emas Indonesia bisa bertumbuh penuh potensi.
  15. Salut banget dengan upaya dari Nordianto ini
    Mau susah payah mengedukasi tentang bahayanya pernikahan dini
    Semoga upaya ini bisa semakin menyadarkan masyarakat untuk menghindari pernikahan dini ya
  16. Program Genrangers Educamp ini langkah bagus buat meningkatkan kesadaran soal risiko pernikahan dini. Edukasi seperti ini penting banget, apalagi kalau juga menyentuh orang tua agar bisa memahami dampaknya dari sisi kesehatan dan masa depan anak.
  17. Luar biasa program Genrangers Educamp ini, terbukti mengubah pola pikir remaja dan melahirkan banyak relawan yang turut serta mengkampanyekan program menekan pernikahan dini.
    Saya pikir sudaj tidak banyak pernikahan dini di Indonesia tapi ternyata masih banyak juga ya
  18. Pernikahan dini di berbagai daerah di Indonesia memang mengkhawatirkan ya. Zaman udah modern kirain masalah seperti ini makin langka, nyatanya masih banyak aja ky zaman nenekku dulu. Tp memang beda trigger nya sih kasus dulu dan sekarang.

    Salut dengan kiprah Anto, pemuda lokal yang bisa menggerakkan banyak remaja untuk jadi pemimpin perubahan di bidang kesehatan reproduksi, khususnya untuk masalah pernikahan dini ini.
  19. Kisah Mas Nordianto ini bener jadi renungan ya. Dari kegelisahan pribadi, dia bisa nyulap keresahan jadi gerakan yang berdampak luas. Salut banget sama semangatnya yang nggak cuma berhenti di lingkungannya, tapi sampai ke level internasional.

    GenRengers Educamp itu keren sih. Strategi “Local Champions”-nya juga jenius, karena perubahan paling efektif emang datang dari orang-orang lokal yang ngerti medan.

    Luar biasanya, angka pernikahan anak di Kalbar bisa sampe turun lho. Itu bukti nyata kalau edukasi bisa jadi senjata ampuh buat ngubah mindset masyarakat.
© My Life My Style. All rights reserved. Premium By Raushan Design