Saya suka bingung jika ada orang yang hobi
banget menyebarkan gambar, video, atau tulisan yang berhubungan dengan
kemalangan. Ada foto korban kecelakaan yang penuh darah, korban pembunuhan,
korban bencana alam, sampai kerusuhan yang penuh potensi perpecahan. Semuanya
rajin menyebarkan di Media sosial atau grup pesan. Setelah itu coba lihat
dikolom komentar, ada banyak bahasa tidak pantas, adu argumen sampai perdebatan
tak berujung terjadi disana. Sungguh memalukan.
Ayo Lawan Hoax dan berita provokatif di Internet |
Banyak yang beralasan bahwa menyebarkan berita
ini hanya sekedar untuk berbagi informasi, ada pula yang terang-terangan untuk
mengejar popularitas. Ada yang menggilai like, love dan share. Tak sadar,
dengan teganya membuat suasana panas dan rusuh. Apa untungnya buat mereka? Suka
melihat orang lain tidak bahagia mungkin. Belum lagi, berita yang mereka
dapatkan berasal dari sumber yang tidak jelas dan tanpa melakukan klarifikasi
terlebih dahulu. Langsung berbagi atau berkomentar tanpa membaca adalah hal
yang bodoh.
Adalagi yang lain, beberapa orang justru
menyebarkan gambar, video dan berita dari masa yang berbeda atau lokasi yang
berbeda lalu kemudian menuliskan berita yang bertolak belakang. Pengandaiannya
sederhana, bercerita tentang Rambo tapi memasang foto Batman. Sudah jelas
mereka berasal dari jaman yang berbeda, kota yang berbeda serta film yang
berbeda. Kenapa tidak ada budaya cek dan ricek? klarifikasi? atau belajar
membaca dengan seksama terlebih dahulu sebelum berbagi?
Ayo Lawan Hoax dan berita Provokatif di Internet |
Saya juga merasa banyak media yang sengaja
membuat headline dan memajang foto hingga seperempat halaman besar dengan tema “kegalauan”.
Contohnya, “Akan terjadi A”, “Masyarakat diminta waspada dengan B”, dan
dipertegas dengan polisi atau yang berbaris rapi memanggul senjata laras
panjang. Inilah yang akhirnya membuat para pembaca seolah-olah berada diujung
maut. Seremkan?
Saya juga sering sekali melihat beberapa
kelompok masyarakat yang hobi memasang spanduk yang bertuliskan ajakan damai,
selalu menjaga A, B, C, D dan seterusnya. Sepertinya akan ada hal besar yang
akan terjadi. Saya jadi berpikir, jangan jangan sudah diprediksi dan sengaja di
cari-cari. Bukannya saya mau mengenang kejadian masa lampau tapi Masyarakat
Kalimantan Barat harus bisa belajar dari sejarah masa lampau. PROVOKATOR selalu
menggunakan senjata AGAMA dan SUKU karena itu adalah hal yang paling mudah
dibenturkan.
Aneh, jika kita masih percaya pada tulisan
orang yang selalu “nyampah” di timeline media sosial atau rajin mengirimkan
tulisan-tulisan provokasi ke grup chat. Ajakan yang membakar emosi dan
menaikkan tensi darah serta mengandung ujaran kebencian tentu tidak ada
faedahnya buat kita yang sudah sejak lama hidup dengan perbedaan. Percayalah,
jika ada orang yang mengajak kita membahas mengenai suku dan agama maka tidak
akan pernah ada jawabnya. Saya merasa aneh jika ada seseorang yang saya tahu
tidak paham agama membahas tentang agama apalagi agama lain yang tidak pernah
dipelajari dan diketahui sebelumnya (HANYA MEMBACA DARI STATUS FACEBOOK ATAU
TWITTER TIDAK SEKONYONG KONYONGNYA MEMBUAT KITA PAHAM AGAMA). Lalu dengan
pongahnya menulis di lini masa dan memancing kericuhan. STOP lakukan itu!
Semua berbeda dan takkan pernah sama tapi
bukan bearti tak bisa hidup dalam damaikan? Kita menginjak bumi yang sama,
berdiri sama rata diatas tanah yang sama walaupun berada dibelahan bumi
berbeda. Tidak ada yang lebih hebat karena tidak ada yang hidup dibawah tanah
atau tinggal diatas langit. Cobalah sesekali memandang langit dan sama-sama
menengadah ke angkasa. Kita melihat langit yang sama. Belajarlah untuk
bersyukur bahwa bumi ini masih indah.
STOP menyebarkan Berita bohong dan HOAX yang
berujung perpecahan. Sekarang waktunya kita berani melaporkan segala sesuatu
yang memancing keributan massal ke pihak terkait. Untuk Kominfo silakan
berkirim email aduankonten@kominfo.go.id atau ke http://trustpositif.kominfo.go.id
sedangkan pihak kepolisian ke cybercrime@polri.go.id
. Ayo lawan berita bohong dan provokatif di media sosial dan Internet. Kalau
bukan kita yang menjaga kedamaian ini, siapa lagi?